 |
| Jurnalistik.Net; Ruang Belajar Bagi Jurnalis |
“Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah,"
Minke (Rumah Kaca, Pramoedya Ananta Toer)
Jurnalis kini semacam kerap dihadapkan pada pilihan sulit. Seolah makan buah simalakama, kata pepatah. Kenapa begitu?
Teknologi telekomunikasi dan informatika berkembang sungguh pesat. Menurut survei media index oleh Nielsen Media Survei, pembaca koran konvensional diketahui menurut, berkebalikan dengan pembaca media internet. Akhirnya, terbentuk pola bahwa berita mudah muncul dan mudah juga dilupakan. Titik berat berita kini sudah bukan lagi terletak pada kualitas, tapi kecepatan update.
Bagi para jurnalis zaman kini, deadline kemudian menjadi momok. Ia meminimalisasi ruang jurnalis untuk belajar. Karya jurnalistik yang berisi menjadi sulit untuk ditemukan. Dan, kenyataannya, tidak mudah untuk menjalani jalan tengah antara deadline dan kualitas. Kadang kala, keduanya berbenturan dan hanya mampu menghasilkan berita yang update tapi kurang greget.
Mencoba untuk memberikan wadah untuk belajar, SatuDunia atas dukungan UNESCO membentuk Jurnalistik.Net. Situs ini diupayakan menjadi media social learning untuk para jurnalis. Lebih dalam lagi, menjadi penghubung pertukaran informasi dan pengetahuan di berbagai media, seperti situs, blog, atau jejaring sosial. Topik pembelajaran, jelas, seputar jurnalistik.
Sudah dilepas ke publik pada 23 November 2011 di Jakarta Media Center, kini Jurnalistik.Net sudah membuka dua 'kelas' diskusi, yaitu Jurnalisme Dasar dan Jurnalisme Investigatif dengan Farid Gaban sebagai narasumber.
Tidak mesti jurnalis yang memasuki situs ini. Mahasiswa atau masyarakat umum yang memiliki ketertarikan di dunia jurnalisme, silakan bergabung. Mungkin, ruang ini bisa menjadi salah satu kelas jurnalisme yang sarat ilmu. Dan, setelahnya, karya-karya jurnalisme berisi lebih banyak lahir.
Kunjungi situs Jurnalistik.Net (disini)
Sumber: Areamagz.com
hy
ReplyDelete