Berita gahar soal Bank Sumut di Sumut Pos berubah
seratus delapan puluh derajat setelah petinggi bank itu “bersilaturahmi” dengan
bos media.
Sudah sepekan lebih, dua wartawan handal Sumut Pos itu uringuringan.
Abdel dan Temon, sebut saja namanya begitu, kesal tak keruan. Makan tak enak,
tidur tak nyenyak. Bukan lantaran gaji kurang atau lagi banyak utang, tapi ini:
berita-berita tentang kasus Bank Sumut yang mereka setor ke redaktur selalu hilang
secara misterius — seperti ada yang menyabotnya di tengah jalan. “Begitu masuk folder
berita, eh, lenyap tiba-tiba,” kata Abdel mengenang pekan-pekan
menjengkelkan sepanjang Mei 2008 itu.
“Sabotase” seperti itu bukan hanya menjengkelkan, tapi
juga melahirkan syak wasangka. Apalagi, pada hari-hari sebelumnya, Sumut Pos,
salah satu koran berpengaruh di Medan selain Waspada dan Analisa,
berkali-kali mengandalkan berita Bank Sumut sebagai menu utama. Bank daerah itu
seperti punya kapling istimewa: jika tidak headline, hampir selalu masuk
halaman satu. Wakil Pemimpin Redaksi Sumut Pos Indrawan dan Koordinator
Liputan Herdiansyah memang secara khusus menugaskan duet reporter Abdel dan
Temon agar menggeber kasus Bank Sumut, kalau bisa, setiap hari.
Hari-hari itu, Mei 2008, Bank Sumut memang sedang
tersengat puting beliung: sejumlah lembaga menemukan beberapa ‘pos ganjil’.
Badan Pemeriksa Keuangan, misalnya, melaporkan adanya pembiayaan yang diduga
fiktif, yang bisa menimbulkan kerugian hingga Rp 7 miliar lebih. Ada pula
kredit macet di sejumah perusahaan, termasuk kredit ke sebuah distributor
sepeda motor. Selain itu, Tim Pemeriksa Keuangan Bank Indonesia Wilayah
Sumatera Utara menengarai adanya pinjaman bagi jajaran komisaris dan direksi
yang nilainya sampai Rp 31 miliar lebih. Ada pula dugaan mark-up pembelian
pakaian dinas yang kabarnya mencapai Rp 1,6 miliar dan sejumlah kredit macet di
beberapa kantor cabang, seperti Cabang Utama Medan, Cabang Sukaramai, dan
Lubukpakam.
Kabar tak sedap itu tak berhenti hanya sebatas laporan.
Sejumlah anggota DPRD Sumut sudah pula ‘mengunyah’ kasus-kasus tersebut dalam
rapat kerja. Sebagian anggota dewan yang lain rajin mengumbar komentar di
pelbagai media masa. Bahkan, aparat hukum juga sudah mulai turun tangan
memeriksa sejumlah pejabat Bank Sumut.
Keruan saja, puting beliung ini menjadi santapan media,
termasuk Sumut Pos. Harian ini rajin mengawal ‘angin’ Bank Sumut agar
tetap bertiup, misalnya, dengan minta komentar anggota DPRD dan pengamat
ekonomi untuk diolah menjadi berita. Selain menempatkan Abdel dan Temon sebagai
‘striker’ pemburu berita Bank Sumut, tim redaksi Sumut Pos juga siap
mengerahkan reporter lain jika diperlukan. “Bahkan Wakil
Pemimpin Redaksi Indrawan, kala itu, ikut pula terjun
membantu mengumpulkan bahan dan meriset data di internet,” kata Abdel.
Sumut Pos bukan hanya memberitakan kasus Bank Sumut, tapi
juga mendorong aparat hukum agar serius menuntaskan temuan tersebut dengan
memeriksa para pejabat Bank Sumut. Sikap ini tampak dari beberapa gebrakan berita,
seperti: “Bank Sumut Ceroboh” (terbit 1 Mei), lalu berturut-turut, “Diduga
Kredit Macet Milik Pejabat” (7 Mei), “Diduga Uang Dibagikan Ke Pejabat Bank
Sumut” (8 Mei), “Tim Penyelidik Ditambah” (9 Mei), “Bos Bank Sumut Diperiksa
Kasus Kredit Macet dan Fiktif” (13 Mei), “Kredit Macet Hantam UKM” (14 Mei),
“Giliran Pejabat Bagian Kredit” (15 Mei), “Tanggung Jawab Gus Irawan” (16 Mei)
dan “Kejatisu Jalan di Tempat” (17 Mei).
Liputan bertubi-tubi ini, terutama berita terbitan 16 dan
17 Mei yang menyingung soal pemeriksaan direksi, kabarnya membuat para petinggi
Bank Sumut merasa gerah. Kabar soal ‘kegerahan’ ini dibawa oleh, sebut saja
namanya Muklis, redaktur Sumut Pos yang dikenal dekat dengan Dirut Bank
Sumut, Gus Irawan. Muklis adalah wartawan olahraga, sedangkan Gus Irawan
menjabat Ketua KONI Sumut.
Menurut Muklis, ia mendengar keluhan direksi Bank Sumut
dari Irwan Pulungan, Kepala Divisi Penyelamatan Kredit Bank Sumut, yang juga
pengurus KONI. Muklis mengaku telah memberi saran agar manajemen bank menggunakan
hak jawab jika keberatan atas pemberitaan. Namun Irwan menampik saran ini.
Irwan merasa lebih nyaman jika harian Sumut Pos bersedia membuka
‘pintu-dialog’ dengan manajemen Bank Sumut.
Permintaan ini disampaikan Muklis kepada Indrawan,
sebagai Wakil Pemimpin Redaksi. Indrawan bukan hanya tidak keberatan, tapi
menyambut ajakan itu. Maka diaturlah sebuah pertemuan silaturahmi antara
Indrawan dan Irwan Pulungan. “Kami bertemu di Restoran Garuda, Jalan Ahmad
Yani, tanggal 19 Mei 2008,” kata Muklis, yang juga diajak ikut serta dalam
silaturahmi itu.
Dalam pertemuan yang dibuka dengan makan siang ini, Irwan
Pulungan membeberkan sejumlah cerita sukses Bank Sumut di bawah Gus Irawan.
Gaji naik terus, katanya. Prestasi juga menanjak. Kredit macet? “Menurut Pak
Irwan, angka kredit macet masih dalam batas wajar,” kata Muklis.
Muklis masih ingat, sewaktu mau pamitan pulang, Irwan
menyodorkan amplop kepada Indrawan. Tapi Wakil Pemimpin Redaksi ini menolak.
“Waktu jalan pulang, Indrawan bilang, kita jangan buta dengan uang. Lebih baik
kita menjalin pertemanan ketimbang menerima amplop,” kenang Muklis menirukan
petuah bosnya.
Rupanya, silaturahmi Restoran Garuda berlanjut, tapi kali
ini tanpa menyertakan Muklis. Petinggi kedua lembaga itu bertemu lagi di Kantor
Bank Sumut, keesokan malamnya. “Aku tahu pertemuan ini karena Pak Irwan
melapor,” kata Muklis. Menurut cerita Irwan yang dikutip Muklis, pertemuan
tingkat tinggi itu dihadiri Irwan dan Gus Irawan (dari Bank Sumut) dengan
Indrawan yang didampingi Goldian Purba, dari Sumut Pos. “Jam sembilan
malam, setelah pertemuan beres, Pak Irwan kembali menelepon menyampaikan terima
kasih,” lanjut Muklis.
Apa yang terjadi dalam pertemuan itu, wallahualam,
hanya yang hadir yang tahu. Yang pasti, sejak hari itu ‘haluan’ Sumut Pos terhadap
Bank Sumut berubah 180 derajat. Pada 22 Mei 2008, koran yang dikelola anak
perusahaan Jawa Pos ini, menurunkan tulisan berjudul “PAD Sumut Tergantung Bank
Sumut” di halaman satu. Berita yang ditulis dari hasil wawancara Indrawan dan Herdiansyah
dengan Dirut Bank Sumut itu tak menyinggung lagi temuan BPK yang selama ini
diributkan Sumut Pos. Esoknya, petikan wawancara dengan Gus Irawan
tersebut disajikan kembali dalam bentuk tanya-jawab lengkap, dengan judul
“Kalau Kredit Macet Harus Nol, Saya Mundur”.
Menurut Muklis, perubahan haluan itu bukan tak disengaja.
Untuk memastikan tak ada ‘berita miring’ perihal Bank Sumut yang lolos, saban
hari petinggi redaksi ‘mengawal’ rapat proyeksi pagi dan rapat bujet sore,
sesuatu yang jarang dilakukan. Jika ada usulan soal Bank Sumut, Indrawan
langsung menguji kekuatan kabar tersebut dengan pelbagai pertanyaan kritis. “Dia
akan mencecar tingkat akurasinya, kedalaman,
kelengkapan konfirmasi dan siapa narasumbernya,” kata
Muklis.
Ini berbeda dengan ‘semangat 45’ yang dikobarkan beberapa
pekan sebelumnya. “Saat itulah para redaktur menangkap pesan yang jelas: kasus
Bank Sumut jangan dikorek-korek lagi,” kata Muklis. Saat itu pula,
berita-berita yang disetor Abdel dan Temon terpental secara ‘misterius’.
Yang membuat dada Abdel terasa sesak bukan hanya
hilangnya berita-berita kritis itu, tapi juga sindiran kawan-kawan reporter.
Jika lagi nongkrong di kantin, ada saja yang nyeletuk, “Kapan makan-makan, kan
sudah cair.” Abdel merasa, sekalipun dilontarkan dengan gaya guyon, ada kawan
yang menduga ia ikut ‘menikmati’ rezeki Bank Sumut. “Coba mereka berani
nyeletuk di ruang redaksi, pasti kena masalah dengan Indrawan,” kata Abdel.
Sesungguhnya Abdel dan Temon telah mencium gelagat
perubahan haluan Sumut Pos, sehari sebelum silaturahmi Garuda. Saat itu,
mereka dipanggil Korlip Herdiansyah dan diberi tahu tentang adanya kemungkinan
kerja sama iklan. “Korlip minta berita Bank Sumut agak ditahan-tahan dulu,
soalnya mereka akan jumpa membicarakan iklan dan kerja sama,” kata Abdel
menirukan petunjuk Pak Korlip. Tak hanya dari Herdiansyah, permintaan agar
menahan-nahan berita Bank Sumut juga datang secara langsung dari Indrawan.
“Bank Sumut dan Sumut Pos mau bersahabat,” kata Abdel tentang alasan Wakil
Pemimpin Redaksi.
Sekalipun, rapat dan folder berita dijaga ketat,
Abdel pernah sekali membobol ‘barikade’ tersebut pada 26 Mei. Ia menulis satu
berita cukup pedas berjudul “Kursi Dirut Bank Sumut Diributi”. Begitu terbit
Indrawan langsung mengomel dan mewanti-wanti redaktur agar tak kecolongan lagi.
“Ia langsung menegur korlip,” kata Abdel.
Namun, esoknya, muncul advertorial Bank Sumut di halaman
19, dengan judul: “Gus Irawan: Prestasi Saya Persembahkan untuk Masyarakat
Sumut”. Advertorial yang berisi capaian prestasi dan kinerja Bank Sumut ini,
seperti air menyiram kerupuk, seketika memadamkan semangat Abdel dan Temon yang
semula masih berusaha menyusupkan berita Bank Sumut. Mereka berdua kini
menyadari bahwa ikatan kerja sama itu telah ‘terbuhul’ dengan kuat. “Daripada
menabrak dinding, mending kami bekerja baik-baik,” kata Abdel pasrah.
Beberapa hari setelah advertorial terbit, Abdel diminta
Herdiansyah mengambil uang dari Bank Sumut. Namun Abdel menolak. Herdiansyah
ganti meminta Temon. Yang terakhir ini tak kuasa membantah. Temon bergegas ke
kantor Bank Sumut di Jalan Imam Bonjol untuk menerima bungkusan uang setelah
meneken kuitansi advertorial. “Jumlahnya Rp 24 juta,” kata Temon, “Uang itu
langsung aku serahkan ke korlip.” Kerja sama dengan Bank Sumut terus berlanjut.
Ketika Sumut Pos menggelar acara Rally Wisata dalam rangka perayaan
ulang tahun pada 1 Oktober 2008, Bank Sumut ikut dalam barisan sponsor. Ketika
Indrawan dipromosikan sebagai Pimpinan Redaksi, Januari 2009, Bank Sumut juga
memberi iklan ucapan selamat.
Irwan Pulungan dari Bank Sumut keberatan penjelasannya
dikutip tulisan ini. Meskipun bercerita panjang lebar, ia hanya membolehkan dua
kalimat yang dikutip. “Intinya kita harus mampu menjalin komunikasi dengan
semua media,” katanya. Ia mengaku ada silaturahmi di Restoran Garuda. “Biasalah
saling komunikasi, dan Sumut Pos memang berlaku profesional,” katanya.
Namun Irwan membantah ada pertemuan
lanjutan. “Tak ada itu. Mana ada cerita seperti itu,”
jawabnya tegas.
Sementara itu, Indrawan tak bersedia memberi penjelasan
tentang perubahan kebijakan redaksi gara-gara kerja sama iklan. Indrawan yang
kini menempati pos Pemimpin Redaksi memang tak menampik permintaan wawancara.
Secara khusus ia bahkan mengundang penulis untuk sebuah pertemuan di Gedung
Graha Pena, Medan. Dalam wawancara 1 Mei 2009 itu, Indrawan didampingi dua
Redaktur Pelaksana Sumut Pos: Faliruddin dan Toga S. “Karena menyangkut
institusi, wawancara harus di depan jajaran redaksi,” katanya.
Namun Indrawan tak menjawab pertanyaan. Ia malah
mempertanyakan status penulis. “Kau, statusmu apa sekarang? Mana kartu
persmu?”katanya. Ia mempersoalkan posisi penulis yang tercatat sebagai wartawan
Pos Metro Medan (Grup Sumut Pos), dalam pengumuman penerima fellowship AJI
Indonesia. “Kenapa kau mengaku wartawan Pos Metro? Aku sudah check, tak ada
wartawan bernama Robby Effendi di Pos Metro,” katanya tegas.
Indrawan tak mau menerima penjelasan bahwa ketika fellowship
AJI dibuka Oktober 2008, penulis merupakan karyawan tetap PT Pos Metro
Medan, yang ditugaskan sebagai Redaktur Pelaksana Total Sport, sebelum
akhirnya mengundurkan diri pada Desember 2008 dan bergabung dengan harian Medan
Bisnis sejak Februari 2009. Upaya penulis mengingatkan tujuan wawancara tak
digubris. Ketika pertanyaan tentang Bank Sumut kembali dibacakan, Indrawan
menukas dengan cepat. “Tak ada wawancara, statusmu diperjelas dulu.”
Catatan:
Robby Effendi – pernah bekerja sebagai wartawan Sumut Pos
sebelum akhirnya pindah ke Pos Metro (Grup Sumut Pos), dan ditempatkan di
tabloid Total Sport. Sejak Februari 2009 bekerja di harian Medan Bisnis.
Muklis – akhirnya memilih berhenti dari Sumut Pos, katanya,
“Untuk mencari suasana baru.” Abdel dan Temon sampai hari ini masih bekerja di
Sumut Pos.
Sumber :
Wajah Retak Media: Kumpulan Laporan Penelusuran
© AJI Indonesia
Cetakan Pertama. Mei 2009
Diterbitkan oleh.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia
Jl. Kembang Raya No.6 Kwitang-Senen
Jakarta Pusat 10420 – Indonesia
Tel. +62 21 3151214, Fax. +62 21 3151261
www.ajiindonesia.org
Tentang Penulis :
ROBBY EFFENDI
Tamat dari Fakultas Sastra USU tahun 2000, Pria kelahiran
Medan, 12 November 1976 ini memulai kerja sebagai Reporter pada tahun 2001 di
Harian Sumut Pos (PT Media Medan Pers), grup Jawa Pos di Medan. Selama
bergabung di Sumut Pos, ia pernah dipercaya sebagai Koordinator Liputan (2005)
hingga Redaktur Pelaksana (2006).
Sebelum mengundurkan diri pada tahun 2008 dari grup Jawa
Pos, pria yang beristrikan Harvina Zuhra dan Ayah dari Rizquinn Syaidina ini
sempat sebagai Redaktur Pelaksana di Harian Total Sport (PT Pos Metro Medan),
yang juga di bawah bendera Jawa Pos grup.
Sekarang, ia bergabung dengan Harian Medan Bisnis sebagai
Redaktur sejak Februari 2009. Sebelum ikut sebagai peserta Beasiswa Liputan
Media dan Independesi Pers oleh AJI-TIFA, Maret 2009. Pernah juga mengikuti
Pelatihan Redaktur oleh LPDS di Medan (2006), Training Redaktur
Pelaksana/Redaktur Olahraga Se-Jawa Pos di Surabaya (2006/2008) dan pernah ikut
Pelatihan Jurnalisme Investigasi AJI Jakarta-GTZ di Jakarta (2006). Pada 2007
ikut, pelatihan Jurnalisme Investigasi ISAI-Unesco di Medan.
Kini, sehari-hari, penggemar fotografi masih aktif
sebagai pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Medan 2008-2012,
pengurus Pewarta Foto Indonesia (PFI) Medan, dan aktif menulis artikel dan
kolom di sejumlah media di Medan.
Apakah Anda mengalami kesulitan keuangan atau Anda ingin memenuhi impian Anda dengan dana?
ReplyDeleteApakah Anda memerlukan pinjaman untuk melunasi tagihan Anda, Memulai atau memperluas bisnis Anda?
Apakah Anda mengalami kesulitan dalam memperoleh pinjaman dari Pemberi Pinjaman keras atau Bank karena tingginya biaya / persyaratan pinjaman?
Apakah Anda memerlukan pinjaman untuk alasan yang sah?
Maka khawatir kami datang untuk menawarkan pinjaman kepada pelamar yang tertarik baik lokal maupun luar negeri tidak peduli jenis kelamin atau lokasi tetapi usia harus 18 tahun ke atas.
Kembali ke kami untuk negosiasi jumlah yang Anda butuhkan akan menjadi keputusan yang bijaksana.
JENIS PINJAMAN KAMI
Pinjaman ini dibuat untuk membantu klien kami secara finansial, dengan tujuan mengurangi beban keuangan. Untuk alasan apa pun, pelanggan dapat menemukan rencana pinjaman yang sesuai dari perusahaan kami yang memenuhi persyaratan keuangan.
Data pemohon:
1) Nama Lengkap:
2) Negara
3) Alamat:
4) Seks:
5) Bekerja:
6) Nomor Telepon:
7) Posisi saat ini di tempat kerja:
8 Penghasilan bulanan:
9) Jumlah pinjaman yang dibutuhkan:
10) Periode pinjaman:
11) Apakah Anda mendaftar sebelumnya:
12) Tanggal Lahir:
Hubungi perusahaan pinjaman Gloria S melalui email:
{gloriasloancompany@gmail.com} atau
Nomor WhatsApp: +1 (815) 427-9002
Salam Hormat