Sunday, December 1, 2013
One komentar

Habis ”Gebrak”, Terbitlah Iklan

9:27 AM
Berita gahar soal Bank Sumut di Sumut Pos berubah seratus delapan puluh derajat setelah petinggi bank itu “bersilaturahmi” dengan bos media.

terbitlah iklan
Sudah sepekan lebih, dua wartawan handal Sumut Pos itu uringuringan. Abdel dan Temon, sebut saja namanya begitu, kesal tak keruan. Makan tak enak, tidur tak nyenyak. Bukan lantaran gaji kurang atau lagi banyak utang, tapi ini: berita-berita tentang kasus Bank Sumut yang mereka setor ke redaktur selalu hilang secara misterius — seperti ada yang menyabotnya di tengah jalan. “Begitu masuk folder berita, eh, lenyap tiba-tiba,” kata Abdel mengenang pekan-pekan menjengkelkan sepanjang Mei 2008 itu.

“Sabotase” seperti itu bukan hanya menjengkelkan, tapi juga melahirkan syak wasangka. Apalagi, pada hari-hari sebelumnya, Sumut Pos, salah satu koran berpengaruh di Medan selain Waspada dan Analisa, berkali-kali mengandalkan berita Bank Sumut sebagai menu utama. Bank daerah itu seperti punya kapling istimewa: jika tidak headline, hampir selalu masuk halaman satu. Wakil Pemimpin Redaksi Sumut Pos Indrawan dan Koordinator Liputan Herdiansyah memang secara khusus menugaskan duet reporter Abdel dan Temon agar menggeber kasus Bank Sumut, kalau bisa, setiap hari.

Hari-hari itu, Mei 2008, Bank Sumut memang sedang tersengat puting beliung: sejumlah lembaga menemukan beberapa ‘pos ganjil’. Badan Pemeriksa Keuangan, misalnya, melaporkan adanya pembiayaan yang diduga fiktif, yang bisa menimbulkan kerugian hingga Rp 7 miliar lebih. Ada pula kredit macet di sejumah perusahaan, termasuk kredit ke sebuah distributor sepeda motor. Selain itu, Tim Pemeriksa Keuangan Bank Indonesia Wilayah Sumatera Utara menengarai adanya pinjaman bagi jajaran komisaris dan direksi yang nilainya sampai Rp 31 miliar lebih. Ada pula dugaan mark-up pembelian pakaian dinas yang kabarnya mencapai Rp 1,6 miliar dan sejumlah kredit macet di beberapa kantor cabang, seperti Cabang Utama Medan, Cabang Sukaramai, dan Lubukpakam.

Kabar tak sedap itu tak berhenti hanya sebatas laporan. Sejumlah anggota DPRD Sumut sudah pula ‘mengunyah’ kasus-kasus tersebut dalam rapat kerja. Sebagian anggota dewan yang lain rajin mengumbar komentar di pelbagai media masa. Bahkan, aparat hukum juga sudah mulai turun tangan memeriksa sejumlah pejabat Bank Sumut.

Keruan saja, puting beliung ini menjadi santapan media, termasuk Sumut Pos. Harian ini rajin mengawal ‘angin’ Bank Sumut agar tetap bertiup, misalnya, dengan minta komentar anggota DPRD dan pengamat ekonomi untuk diolah menjadi berita. Selain menempatkan Abdel dan Temon sebagai ‘striker’ pemburu berita Bank Sumut, tim redaksi Sumut Pos juga siap mengerahkan reporter lain jika diperlukan. “Bahkan Wakil
Pemimpin Redaksi Indrawan, kala itu, ikut pula terjun membantu mengumpulkan bahan dan meriset data di internet,” kata Abdel.

Sumut Pos bukan hanya memberitakan kasus Bank Sumut, tapi juga mendorong aparat hukum agar serius menuntaskan temuan tersebut dengan memeriksa para pejabat Bank Sumut. Sikap ini tampak dari beberapa gebrakan berita, seperti: “Bank Sumut Ceroboh” (terbit 1 Mei), lalu berturut-turut, “Diduga Kredit Macet Milik Pejabat” (7 Mei), “Diduga Uang Dibagikan Ke Pejabat Bank Sumut” (8 Mei), “Tim Penyelidik Ditambah” (9 Mei), “Bos Bank Sumut Diperiksa Kasus Kredit Macet dan Fiktif” (13 Mei), “Kredit Macet Hantam UKM” (14 Mei), “Giliran Pejabat Bagian Kredit” (15 Mei), “Tanggung Jawab Gus Irawan” (16 Mei) dan “Kejatisu Jalan di Tempat” (17 Mei).

Liputan bertubi-tubi ini, terutama berita terbitan 16 dan 17 Mei yang menyingung soal pemeriksaan direksi, kabarnya membuat para petinggi Bank Sumut merasa gerah. Kabar soal ‘kegerahan’ ini dibawa oleh, sebut saja namanya Muklis, redaktur Sumut Pos yang dikenal dekat dengan Dirut Bank Sumut, Gus Irawan. Muklis adalah wartawan olahraga, sedangkan Gus Irawan menjabat Ketua KONI Sumut.

Menurut Muklis, ia mendengar keluhan direksi Bank Sumut dari Irwan Pulungan, Kepala Divisi Penyelamatan Kredit Bank Sumut, yang juga pengurus KONI. Muklis mengaku telah memberi saran agar manajemen bank menggunakan hak jawab jika keberatan atas pemberitaan. Namun Irwan menampik saran ini. Irwan merasa lebih nyaman jika harian Sumut Pos bersedia membuka ‘pintu-dialog’ dengan manajemen Bank Sumut.

Permintaan ini disampaikan Muklis kepada Indrawan, sebagai Wakil Pemimpin Redaksi. Indrawan bukan hanya tidak keberatan, tapi menyambut ajakan itu. Maka diaturlah sebuah pertemuan silaturahmi antara Indrawan dan Irwan Pulungan. “Kami bertemu di Restoran Garuda, Jalan Ahmad Yani, tanggal 19 Mei 2008,” kata Muklis, yang juga diajak ikut serta dalam silaturahmi itu.

Dalam pertemuan yang dibuka dengan makan siang ini, Irwan Pulungan membeberkan sejumlah cerita sukses Bank Sumut di bawah Gus Irawan. Gaji naik terus, katanya. Prestasi juga menanjak. Kredit macet? “Menurut Pak Irwan, angka kredit macet masih dalam batas wajar,” kata Muklis.

Muklis masih ingat, sewaktu mau pamitan pulang, Irwan menyodorkan amplop kepada Indrawan. Tapi Wakil Pemimpin Redaksi ini menolak. “Waktu jalan pulang, Indrawan bilang, kita jangan buta dengan uang. Lebih baik kita menjalin pertemanan ketimbang menerima amplop,” kenang Muklis menirukan petuah bosnya.

Rupanya, silaturahmi Restoran Garuda berlanjut, tapi kali ini tanpa menyertakan Muklis. Petinggi kedua lembaga itu bertemu lagi di Kantor Bank Sumut, keesokan malamnya. “Aku tahu pertemuan ini karena Pak Irwan melapor,” kata Muklis. Menurut cerita Irwan yang dikutip Muklis, pertemuan tingkat tinggi itu dihadiri Irwan dan Gus Irawan (dari Bank Sumut) dengan Indrawan yang didampingi Goldian Purba, dari Sumut Pos. “Jam sembilan malam, setelah pertemuan beres, Pak Irwan kembali menelepon menyampaikan terima kasih,” lanjut Muklis.

Apa yang terjadi dalam pertemuan itu, wallahualam, hanya yang hadir yang tahu. Yang pasti, sejak hari itu ‘haluan’ Sumut Pos terhadap Bank Sumut berubah 180 derajat. Pada 22 Mei 2008, koran yang dikelola anak perusahaan Jawa Pos ini, menurunkan tulisan berjudul “PAD Sumut Tergantung Bank Sumut” di halaman satu. Berita yang ditulis dari  hasil wawancara Indrawan dan Herdiansyah dengan Dirut Bank Sumut itu tak menyinggung lagi temuan BPK yang selama ini diributkan Sumut Pos. Esoknya, petikan wawancara dengan Gus Irawan tersebut disajikan kembali dalam bentuk tanya-jawab lengkap, dengan judul “Kalau Kredit Macet Harus Nol, Saya Mundur”.

Menurut Muklis, perubahan haluan itu bukan tak disengaja. Untuk memastikan tak ada ‘berita miring’ perihal Bank Sumut yang lolos, saban hari petinggi redaksi ‘mengawal’ rapat proyeksi pagi dan rapat bujet sore, sesuatu yang jarang dilakukan. Jika ada usulan soal Bank Sumut, Indrawan langsung menguji kekuatan kabar tersebut dengan pelbagai pertanyaan kritis. “Dia akan mencecar tingkat akurasinya, kedalaman,
kelengkapan konfirmasi dan siapa narasumbernya,” kata Muklis.

Ini berbeda dengan ‘semangat 45’ yang dikobarkan beberapa pekan sebelumnya. “Saat itulah para redaktur menangkap pesan yang jelas: kasus Bank Sumut jangan dikorek-korek lagi,” kata Muklis. Saat itu pula, berita-berita yang disetor Abdel dan Temon terpental secara ‘misterius’.

Yang membuat dada Abdel terasa sesak bukan hanya hilangnya berita-berita kritis itu, tapi juga sindiran kawan-kawan reporter. Jika lagi nongkrong di kantin, ada saja yang nyeletuk, “Kapan makan-makan, kan sudah cair.” Abdel merasa, sekalipun dilontarkan dengan gaya guyon, ada kawan yang menduga ia ikut ‘menikmati’ rezeki Bank Sumut. “Coba mereka berani nyeletuk di ruang redaksi, pasti kena masalah dengan Indrawan,” kata Abdel.

Sesungguhnya Abdel dan Temon telah mencium gelagat perubahan haluan Sumut Pos, sehari sebelum silaturahmi Garuda. Saat itu, mereka dipanggil Korlip Herdiansyah dan diberi tahu tentang adanya kemungkinan kerja sama iklan. “Korlip minta berita Bank Sumut agak ditahan-tahan dulu, soalnya mereka akan jumpa membicarakan iklan dan kerja sama,” kata Abdel menirukan petunjuk Pak Korlip. Tak hanya dari Herdiansyah, permintaan agar menahan-nahan berita Bank Sumut juga datang secara langsung dari Indrawan. “Bank Sumut dan Sumut Pos mau bersahabat,” kata Abdel tentang alasan Wakil Pemimpin Redaksi.

Sekalipun, rapat dan folder berita dijaga ketat, Abdel pernah sekali membobol ‘barikade’ tersebut pada 26 Mei. Ia menulis satu berita cukup pedas berjudul “Kursi Dirut Bank Sumut Diributi”. Begitu terbit Indrawan langsung mengomel dan mewanti-wanti redaktur agar tak kecolongan lagi. “Ia langsung menegur korlip,” kata Abdel.

Namun, esoknya, muncul advertorial Bank Sumut di halaman 19, dengan judul: “Gus Irawan: Prestasi Saya Persembahkan untuk Masyarakat Sumut”. Advertorial yang berisi capaian prestasi dan kinerja Bank Sumut ini, seperti air menyiram kerupuk, seketika memadamkan semangat Abdel dan Temon yang semula masih berusaha menyusupkan berita Bank Sumut. Mereka berdua kini menyadari bahwa ikatan kerja sama itu telah ‘terbuhul’ dengan kuat. “Daripada menabrak dinding, mending kami bekerja baik-baik,” kata Abdel pasrah.

Beberapa hari setelah advertorial terbit, Abdel diminta Herdiansyah mengambil uang dari Bank Sumut. Namun Abdel menolak. Herdiansyah ganti meminta Temon. Yang terakhir ini tak kuasa membantah. Temon bergegas ke kantor Bank Sumut di Jalan Imam Bonjol untuk menerima bungkusan uang setelah meneken kuitansi advertorial. “Jumlahnya Rp 24 juta,” kata Temon, “Uang itu langsung aku serahkan ke korlip.” Kerja sama dengan Bank Sumut terus berlanjut. Ketika Sumut Pos menggelar acara Rally Wisata dalam rangka perayaan ulang tahun pada 1 Oktober 2008, Bank Sumut ikut dalam barisan sponsor. Ketika Indrawan dipromosikan sebagai Pimpinan Redaksi, Januari 2009, Bank Sumut juga memberi iklan ucapan selamat.

Irwan Pulungan dari Bank Sumut keberatan penjelasannya dikutip tulisan ini. Meskipun bercerita panjang lebar, ia hanya membolehkan dua kalimat yang dikutip. “Intinya kita harus mampu menjalin komunikasi dengan semua media,” katanya. Ia mengaku ada silaturahmi di Restoran Garuda. “Biasalah saling komunikasi, dan Sumut Pos memang berlaku profesional,” katanya. Namun Irwan membantah ada pertemuan
lanjutan. “Tak ada itu. Mana ada cerita seperti itu,” jawabnya tegas.

Sementara itu, Indrawan tak bersedia memberi penjelasan tentang perubahan kebijakan redaksi gara-gara kerja sama iklan. Indrawan yang kini menempati pos Pemimpin Redaksi memang tak menampik permintaan wawancara. Secara khusus ia bahkan mengundang penulis untuk sebuah pertemuan di Gedung Graha Pena, Medan. Dalam wawancara 1 Mei 2009 itu, Indrawan didampingi dua Redaktur Pelaksana Sumut Pos: Faliruddin dan Toga S. “Karena menyangkut institusi, wawancara harus di depan jajaran redaksi,” katanya.

Namun Indrawan tak menjawab pertanyaan. Ia malah mempertanyakan status penulis. “Kau, statusmu apa sekarang? Mana kartu persmu?”katanya. Ia mempersoalkan posisi penulis yang tercatat sebagai wartawan Pos Metro Medan (Grup Sumut Pos), dalam pengumuman penerima fellowship AJI Indonesia. “Kenapa kau mengaku wartawan Pos Metro? Aku sudah check, tak ada wartawan bernama Robby Effendi di Pos Metro,” katanya tegas.

Indrawan tak mau menerima penjelasan bahwa ketika fellowship AJI dibuka Oktober 2008, penulis merupakan karyawan tetap PT Pos Metro Medan, yang ditugaskan sebagai Redaktur Pelaksana Total Sport, sebelum akhirnya mengundurkan diri pada Desember 2008 dan bergabung dengan harian Medan Bisnis sejak Februari 2009. Upaya penulis mengingatkan tujuan wawancara tak digubris. Ketika pertanyaan tentang Bank Sumut kembali dibacakan, Indrawan menukas dengan cepat. “Tak ada wawancara, statusmu diperjelas dulu.”

Catatan:
Robby Effendi – pernah bekerja sebagai wartawan Sumut Pos sebelum akhirnya pindah ke Pos Metro (Grup Sumut Pos), dan ditempatkan di tabloid Total Sport. Sejak Februari 2009 bekerja di harian Medan Bisnis.

Muklis – akhirnya memilih berhenti dari Sumut Pos, katanya, “Untuk mencari suasana baru.” Abdel dan Temon sampai hari ini masih bekerja di Sumut Pos.



Sumber :

Wajah Retak Media: Kumpulan Laporan Penelusuran
© AJI Indonesia
Cetakan Pertama. Mei 2009
Diterbitkan oleh.
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia
Jl. Kembang Raya No.6 Kwitang-Senen
Jakarta Pusat 10420 – Indonesia
Tel. +62 21 3151214, Fax. +62 21 3151261
www.ajiindonesia.org


Tentang Penulis :

ROBBY EFFENDI
Tamat dari Fakultas Sastra USU tahun 2000, Pria kelahiran Medan, 12 November 1976 ini memulai kerja sebagai Reporter pada tahun 2001 di Harian Sumut Pos (PT Media Medan Pers), grup Jawa Pos di Medan. Selama bergabung di Sumut Pos, ia pernah dipercaya sebagai Koordinator Liputan (2005) hingga Redaktur Pelaksana (2006).

Sebelum mengundurkan diri pada tahun 2008 dari grup Jawa Pos, pria yang beristrikan Harvina Zuhra dan Ayah dari Rizquinn Syaidina ini sempat sebagai Redaktur Pelaksana di Harian Total Sport (PT Pos Metro Medan), yang juga di bawah bendera Jawa Pos grup.

Sekarang, ia bergabung dengan Harian Medan Bisnis sebagai Redaktur sejak Februari 2009. Sebelum ikut sebagai peserta Beasiswa Liputan Media dan Independesi Pers oleh AJI-TIFA, Maret 2009. Pernah juga mengikuti Pelatihan Redaktur oleh LPDS di Medan (2006), Training Redaktur Pelaksana/Redaktur Olahraga Se-Jawa Pos di Surabaya (2006/2008) dan pernah ikut Pelatihan Jurnalisme Investigasi AJI Jakarta-GTZ di Jakarta (2006). Pada 2007 ikut, pelatihan Jurnalisme Investigasi ISAI-Unesco di Medan.


Kini, sehari-hari, penggemar fotografi masih aktif sebagai pengurus Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Medan 2008-2012, pengurus Pewarta Foto Indonesia (PFI) Medan, dan aktif menulis artikel dan kolom di sejumlah media di Medan.

1 komentar:

  1. Apakah Anda mengalami kesulitan keuangan atau Anda ingin memenuhi impian Anda dengan dana?
    Apakah Anda memerlukan pinjaman untuk melunasi tagihan Anda, Memulai atau memperluas bisnis Anda?
    Apakah Anda mengalami kesulitan dalam memperoleh pinjaman dari Pemberi Pinjaman keras atau Bank karena tingginya biaya / persyaratan pinjaman?
    Apakah Anda memerlukan pinjaman untuk alasan yang sah?
    Maka khawatir kami datang untuk menawarkan pinjaman kepada pelamar yang tertarik baik lokal maupun luar negeri tidak peduli jenis kelamin atau lokasi tetapi usia harus 18 tahun ke atas.
    Kembali ke kami untuk negosiasi jumlah yang Anda butuhkan akan menjadi keputusan yang bijaksana.
    JENIS PINJAMAN KAMI
    Pinjaman ini dibuat untuk membantu klien kami secara finansial, dengan tujuan mengurangi beban keuangan. Untuk alasan apa pun, pelanggan dapat menemukan rencana pinjaman yang sesuai dari perusahaan kami yang memenuhi persyaratan keuangan.

    Data pemohon:
    1) Nama Lengkap:
    2) Negara
    3) Alamat:
    4) Seks:
    5) Bekerja:
    6) Nomor Telepon:
    7) Posisi saat ini di tempat kerja:
    8 Penghasilan bulanan:
    9) Jumlah pinjaman yang dibutuhkan:
    10) Periode pinjaman:
    11) Apakah Anda mendaftar sebelumnya:
    12) Tanggal Lahir:
    Hubungi perusahaan pinjaman Gloria S melalui email:
    {gloriasloancompany@gmail.com} atau
    Nomor WhatsApp: +1 (815) 427-9002
    Salam Hormat

    ReplyDelete

 
Toggle Footer
Top